Siapa yang pernah ngebayangin harus
cuci tangan tiap habis nyentuh sesuatu, membawa hand sanitizer, memakai masker, dan jaga jarak dengan orang lain. Apalagi
untuk orang seperti saya yang hidupnya agak jorok dan sedikit mengabaikan
tentang yang namanya kebersihan. Kepikiran aja nggak, apalagi sampai
ngebayangin hal yang seperti itu. Namun, semuanya berubah saat Corona
menyerang. Semua orang bersiap agar se-steril mungkin untuk menjaga agar si bangsat
itu gak menempel di tubuh. Yaa.. termasuk Saya.
By the way, emang
siapa sih si Corona itu? Corona atau Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
oleh WHO ditetapkan sebagai Pandemi. Apa itu Pandemi? Pandemi adalah sebuah
epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan umumnya
menjangkiti banyak orang. Istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan
tingkat keparahan suatu penyakit, melainkan hanya tingkat penyebarannya saja.
(Sumber:Google). Dengan kata lain Corona dikategorikan sebagai Pandemi bukan
karena keparahan suatu penyakit tapi karena penyebarannya yang sangat luas.
Sebagai orang yang dulunya gak
terlalu peduli tentang kebersihan Saya akhirnya merasa resah. Keresahan Saya
dimulai saat dibatasinya berbagai macam aktifitas diluar ruangan. Sebagai
makhluk sosial kita diciptakan untuk bersosialisasi. Gimana mau bersosialisasi?
bahkan beribadahpun kita dianjurkan untuk dirumah. Kita ada dimasa batuk
seperti sesuatu yang sangat berdosa. Salah satu comedian mengatakan bahwa “Sekarang kentut lebih terhormat daripada
batuk” iya emang bener sih, ini kerasa pas lagi ditempat kerja atau lagi
ngumpul sama beberapa temen, pas batuk ada yang nyaut “woy corona woy” diikuti
tatapan takut orang-orang sekitar. Padahal untuk seorang perokok batuk dikit karena
keselek asap adalah sesuatu yang biasa terjadi. Semua karena si Corona,
mikroorganisme tidak terlihat yang JAHAT.
Dulu waktu kuliah Saya pernah
ngambil mata kuliah Mikrobiologi, yang setiap masuk Lab (Laboratorium) harus
menggunakan peralatan khusus seperti Lab jaket, masker dan sarung tangan karet
untuk mencegah hal-hal yang tidak diharapkan. Karena mahluk yang akan dihadapi
ini adalah mahluk astral yang tidak kasat mata. Jangankan pakai mata telanjang,
menggunakan mikroskop pun kadang Saya gak bisa ngelihat keberadaan makhluk itu.
Kalau skala Lab yang kondisinya bisa dikontrol kita harus se-siap itu, gimana
untuk skala global? Kita harus lebih siap lagi. Ini gak main-main, di Lab efek
yang paling terasa kalau ceroboh yaitu gatal-gatal atau yang paling parah mencret
(diare) apabila tertelan. Lah kalau Corona efek terburuknya adalah Kematian.
Siapa yang gak takut? Masa masih gak peduli!!!
Diawal kemunculan Corona, Saya merasa orang-orang diluar sana terlalu lebay menyikapi virus ini. Karena pada saat itu Saya tidak terfikir kalau virus ini bakal sampai ke Indonesia apalagi mampir ke daerah Saya. Namun seiring berjalannya waktu akhirnya dia nyampe juga loh. Kegelisahan Saya memuncak ketika partner a.k.a
Selain hal diatas yang lebih menyeramkan dari Corona adalah Orang yang meninggal karenanya gak bisa dikuburkan oleh keluarga. Cara penguburannya harus sesuai Prosedur Covid-19, kasihan sih. Selama perawatan dalam karantina gak boleh dijenguk, pas meninggal pun kelaurga gak bisa menguburkan. Masih mau gak peduli!!! Kita tinggal ikutin panduan cuci tangan, menggunakan masker, tidak keluar rumah apabila tidak mendesak, konsumsi vitamin dll, untuk menjaga diri dan keluarga kita dari Corona.
Atas nama Pribadi sebagai masyarakat
biasa yang ingin dunia kembali normal, Saya mengajak semuanya untuk mengikuti Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan agar si bangsat ini cepat
pergi dan kita bisa beraktifitas normal seperti sediakala. Aamiin
Ditulis
dari Hati setelah berminggu-minggu bosan di rumah aja
No comments:
Post a Comment