Gondrong
= pria yg berambut panjang
Sebelumnya
perkenalkan saya biawak jantan, saya seorang pengetik (karena cerita yang saya
buat tidak lagi di tulis dengan tangan tetapi saya ketik) ini adalah cerita
sambungan dari cerita versi #manusiasetengahgalau yang lain tentang kost
gondong.
Kostgondrong
itu nama yang kami berikan kepada tempat kost kami selama kami praktikum..
sebenarnya nama kost tersebut adalah “Kost Setia Kawan”. Kami menyebut demikian
karena ada hal-hal yang janggal yang kami alami selam tinggal disana yaitu
setiap pagi selalu ada rambut yang berceceran di lantai. Awalnya kami pikir itu
adalah rambut penghuni kost terdahulu yang rontok karena jarang keramas..
ternyata setiap kali habis di sapu besok paginya rambut itu datang kembali.
Karena kami tidak tahu siapa yang empunya rambut maka kami bilang aja itu
rambut si”Gondrong”.
Setelah
membayar uang kost kepada empunya kita diberikan kunci kamar. Kamarnya tepat
berada di ujung lorong.
Pintu
kamar terbuka lebar.. ada sedikit cahaya yang keluar dari balik jendela kamar yang
buram yang berukuran 50 x 20 cm. sumpek dan terasa panas ketika kita ber 2
masuk kedalam kamar karena jendela tadi tidak dapat dibuka. Kamar tersebut
berukuran 3 x 4 m.. dan salah satu dari kami membuka pembicaraan
made : ge, ini kamar yang akan kita
tempati 1 bulan kedepan!
Putu : iya ge, semoga kita betah (sambil menaroh
tas yang kami bawa)
made : panas ya ge?
Putu
: apa pang lagi, pecahi aja tu jendelanya
made : jangan, susah gantinya.
Putu
: iya juga ya, gk jadi laa
Di
dalam kamar fasilitas yang kami dapatkan hanya tilam tanpa seprai, sepasang
bantal dan guling, sebuah lemari kecil, dan balon lampu 5 watt. Astaga sebuah
fasilitas yang cukup lumayan mengingat harga kost yang cukup murah.
Sambil
melihat-lihat kita membereskan barang-barang yang kami bawa agar tidak
berhamburan.
Aaaauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu………………………………….ooo…
Malam
pun tiba setelah melaksanakan ibadah sholat magrib kami berdua mencari makan
sambil bererjalan dan akhirnya kita putuskan untuk makan di sebuah warung
soto..
Putu :Pak’ sotonya 2 yaa… sekalian sama
teh es…
Pakle ’ :
makan disini?
Putu : iya..
Pakle’ : tunggu sebentar mas.
Tak
berapa lama pesanan kami pun datang dan tanpa basa basi kami langsung melahap
semua benda yang ada didalam mangkok tersebut. Kurang dari 2 menit isi mangkok
berubah menjadi kosong.. dan kita memutuskan untuk pulang.
Made : berapa?
Pakle’ : 10 ribu mas…
Made
membayar dengan uang 50 ribu karena dia pikir harga soto 10 ribu per mangkok..
dan pakle’ memberi kembalian 40 ribu. Ternyata made belum sadar kalau harga
soto yang mereka makan hanya 5 ribu per mangkok + teh es..
Sesampinya
di kost dia baru sadar dan bercerita kepada putu, dan mereka ber 2 tertawa
karena harganya sangat murah… lain kalikalo kita makan disitu kita nambah yaa
ujar putu sembari tertawa.Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB kita ber 2 tertidur
dengan pulas karena kecapean di perjalanan yang panjang..
Naaaah….
Kegelauan mulai menyelimuti hidup kami. Malam itu tepat pada malam jumat kami
tertidur pulas, lampu 5 watt menerangi tidur kami. Petir menyambar dan hujan
pun turun dengan derasnya…. Keadaan kamar semakin menyeramkan.. suhu kamarpun
menjadi dingin.. prikitiww suara petir menyambar-nyambar suara katak yang dari
tadi bernyayi tiba-tiba hilang ditelan suara petrir. Kita berdua masih tertidur
dengan lelapnya dan ayam berkokok pagi pun datang kembali.. dan kita pun
beraktifitas seperti biasa..
“Mohon
maaf karena membuat anda takut”
No comments:
Post a Comment